........................SELAMAT DATANG DI BILIK KECILKU......................

Monday, March 28, 2011

Gadis Berlesung Pipi


Rina berjalan tergesa menuruni tangga escalator.

“Waduh! Kenapa nggak jalan sech?” Ujarnya menggerutu sendiri mendapati escalator yang sedang rusak rupanya. Dia terus melangkah dan sesekali langsung melompati dua anak tangga yang tak bergerak tersebut. Dia melirik sekilas pergelangan tangannya. Jarum jam menunjuk pukul 10 pagi waktu setempat. Dia bangun agak kesiangan, setelah semalam mengobrol dengan Mila hingga larut malam. Keduanya sepakat untuk janjian ke salon saat berlibur.

Suara dering dari ponsel Rina menyalak merdu. Tepat saat Rina sudah sampai tempat pemberhentian bis untuk mengantri.

“Maaf, Mil. Aku kesiangan tadi.” Sahutnya usai menekan tombol answer dengan tergesa.

“Ha..Ha..Ha..rasain loe. Semalam udah aku ingatin, sebaiknya kita cepat tidur. Kamu malah nyerocos terus.” Mila mentertawakan Rina sekaligus menyalahkannya.

“Halah, enak saja kamu nyalahin aku! Kamu sendiri juga masih mau dengerin aku khan?” Rina menyanggah dan membela diri.

“Mil, udah dulu ya. Bisnya udah dating nich. Bye..bye…” rina buru-buru menutup ponsel tanpa menghiraukan balasan Mila di seberang telepon.

“Dasar Rina…”

***

Setengah jam kemudian

Rina dan Mila berpapasan tepat di depan gerbang masuk taman Victoria Park. Mata Rina terbelalak melihat penampilan Mila yang sederhana dan terkesan tidak seperti biasanya, glamour.

“Eh, kamu kesambet apaan semalam?” Selidik Rina heran pada Mila. Mila bukannya menjawab pertanyaan Rina, justru cengengsan saja.

“Iiih…kejam banget nuduhnya?” sahut Mila tak terima.

“Lagian kamu dandan nggak kamu banget gitu.” Balas Rina memprotes.

“Suka-suka aku donk!” ujar Mila sambil menjulurkan lidah, mengejek.

“Bukannya hari ini kita mau ke salon, Mil?”Rina kembali mengingatkan hal itu pada sahabatnya.

“Tentu saja. Khan kamu yang mau permak rambut.” Jawabnya nyengir.

“Lha terus kamu mau ngapain?”

“Menemani kamu saja.” Sahutnya santai.

“Jiaaaah, kirain mau permak rambut juga biar kita kompak.” Rina mengomel kesal.

Mila terkekeh melihat reaksi Rina.

“Model rambutmu udah udik, Mil” tambah Rina mengomentari. Mila cuek saja menanggapi kalimat Rina.

“Ah, kita boleh kompak dalam hal positif, Rin..” gumam Mila.

***

Sejak sebulan ini, Mila sudah banyak berubah. Namun Rina tak pernah menyadari aka hal itu. Bila dulu Mila glamour dalam penampilan. Nyaris seluruh barang yang menempel di badannya harus barang bermerek terkenal. Tak peduli hamper setengah gaji bulanan habis buat belanja kebutuhannya.

Namun hatinya tergerak sadar setelah bertemu dengan Aini. Sahabat waktu sekolah dulu. Aini tetap berpenampilan anggun dengan jilbabnya. Meski kini mereka berkubang di negara yang minoritas mengenai keyakinan mereka. Aini tetap sederhana meski godaan hidup di negeri yang sangat konsumtif ini. Hati kecil Mila iri melihat semua itu pada Aini. Kenapa aku tidak bisa seperti dia? Setidaknya meski tidak pakai jilbab, tapi penampilannya itu.

“Aku pasti bisa!” bisik hatinya meyakinkan untuk mengubah gaya hidupnya yang berlebihan selama ini. Padahal niat awal dia bekerja di negara ini, membantu meringankan beban emaknya. Agar bisa berobat layak atas penyakit yang sudah lama menyerang tubuh rentannya. Mila ingat obrolan singkat dengan Aini tempo hari saat keduanya libur bulan lalu.

“Kata Ibuku, penyakit emakmu belum juga sembuh. Padahal Masmu sudah membawanya berobat kemana-mana, tapi hasilnya tetap nol.” Aini menuturkan hal itu hati-hati. Aini takut Mila tersinggung bila disampaikan padanya.

“Iya, Ni. Aku tahu, terima kasih sudah mengabarkan padaku.” Jawab Mila dengan mata menerawang ke depan.

***

“Mil!” Mila tersentak oleh tepukan sebuah tangan di bahunya.

“Heh, ya ampun, Rin! Bikin aku kaget saja.” Sahut Mila menoleh pada rina, gadis berlesung pipi itu malah cemberut.

“Kamu tuch, dari tadi melamun saja.” Rina mendengus dan duduk di sebelah Mila.

“Bagaimana menurutmu?’ Rina meminta pendapat Mila mengenai penampilan barunya. Rina sibuk memainkan ujung poninya. Memperbaiki letak tepatnya.

“Astaga!” sahut Mila kaget. Tadi dia tek sempat memperhatikan model rambut Rina saking terkejut oleh sentakan tangan sahabatnya.

“Hah! Kok malah bengong sich, Mil?” Rina kesal mendapati respon Mila.

“Aku nggak percaya ini, Rin,” sahut Mila sambil mengamati potongan rambut Rina. Bagian atas lebih mirip landak, njegrak. Sementara depannya diponi miring dan belakang dipotong pendek. Rina makin dongkol mendengar pendapat Mila barusan.

“Biar trendy dan macho.” Akhirnya Rina menegaskan dengan bangga.

Mila menggeleng kian tak percaya dengan ungkapan Rina. Namun dia tak ingin menanggapi lagi dan membuat Rina makin kesal.

“Makan yuk! Laper nich.” Rina bangkit dari bangku. Mila menyusul di belakangnya.

***

Mila dan Rina keluar dari salon. Rina merasa puas dengan hasil permak model rambutnya. Sementara banyak sorot mata yang memperhatikan penampilan Rina. Ada yang mencibir, cuek bebek dan menggeleng-geleng kepala. Mila menyaksikan hal itu dengan menahan malu dan senyum kecut. Mila masih tak percaya dengan tindakan Rina kali ini. Sungguh di luar dugaannya. Mila piker maksud permak yang diungkapkan Rina kemarin. Sekedar rebonding rambutnya dan sedikit mewarnai. Tapi ini? Memangkas seperti potongan cowok. Apa jadinya reaksi majikan Rina menanggapi penampilan pembantunya yang berubah drastis?

Jujur, di lubuk hatinya, Mila lebih suka penampilan Rina yang dulu. Rambut melebihi bahu dengan model shaggy. Ditunjang dengan lesung pipinya menambah kecantikan alami Rina.

Ah, mendadak Mila merindukan penampilan Rina beberapa jam yang lalu dan dia meyesal sudah menyanggupi permintaan Rina ke salon, bila begini akhirnya. Hatinya perih.

“Semoga kelak kamu tak menyesali, Rin…” ujar Mila lirih.





---------- Selesai----------





Yogyakarta, 27 Januari 2011





Dimuat di tabloid Apakabar Indonesia di Hong Kong

Saturday, March 12, 2011

Kau

Bismillah...

Biarlah aku pergi.
Menepikan sepi jiwa
Mengunyah sunyi tertawarkan
Agar kelak tenang kau raih di sana...

Jangan tikam mimpi esok
Ia masih mengharap dekap cintaNya
Menitip titah semangat
Agar kau kuatkan tekad
Menggenggam hati kau minat

Yogyakarta, 12 Maret 2011